Multazam merupakan tempat yang mustajabah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Multazam adalah tempat doa yang mustajab (terkabul), tidak seorangpun hamba Allah yang berdoa di tempat ini tanpa terkabul doanya”.
Do’a Multazam
Adapun cara berdo’a di multazam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud, bahawa Ibnu Abbas r.a. berkata: Dia pernah berdiri tegak di Multazam dengan dada dan mukanya mengadap ke Kaabah. Tangannya dianjurkan ke atas kepala menekap ke Kaabah. Kemudian beliau berkata,” Daku melihat Rasullullah s.a.w. melakukannya”.
Tidak ada doa khusus bagi jamaah umroh/haji yang berdoa di multazam. Namun bagi jamaah umroh/haji bisa membaca doa yang ada tuntunannya dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:
“Ya Allah, Tuhan kami, sesungguhnya saya adalah hambaMu dan anak dari hambaMu, anak budak-Mu. Engkau bawa kami dengan apa yang telah Engkau jalankan kepadaku dari makhlukMu. Dan Engkau jalankan diriku dari negeriMu sehingga Engkau sampaikan dengan nikmatMu ke rumahMu. Dan Engkau bantu kami agar dapat menunaikan manasikku. Kalau sekiranya Engkau rido kepada diriku, maka tambahkanlah kepada diriku keridoanMu. Kalau sekiranya (belum), maka dari sekarang (berikanlah) keredoan kepada diriku sebelum meninggalkan rumahMu (menuju) rumahku. Ini adalah waktu kepergianku, jikalau Engkau mengizinkan kepadaku tanpa (ada rasa) menggantikan dari diriMu, juga rumahMu, dan (tidak ada perasaan) benci kepadaMu dan pada rumahMu. Ya Allah, Tuhanku. Sertakanlah kepada diriku kesehatan pada badanku, dan kesehatan di tubuhku serta jangalah agamaku, dan perbaikilah tempat kembaliku, berikanlah rezki (dengan) ketaatan kepadaMu selagi saya (masih) hidup. Dan gabungkanlah untuk diriku kebaikan dunia dan akhirat. Sesungguhnya Engkau terhadap sesuatu Maha Mampu”.
Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, seorang ulama besar Saudi Arabia yang banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia mengutip riwayat Al-Azroqy yang menerangkan, bahwa Nabi Adam a.s. pada waktu turun dari surga beliau thowaf sekeliling Baitullah, kemudian sembahyang di muka Baitullah itu (sebelum dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim a.s.) dan datang ke arah multazam lalu berdo’a:
“Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui segala apa yang aku rahasiakan dan segala apa yang aku lakukan secara nyata, terimalah pengaduanku. Engkau Maha Mengetahui apayang ada dalam jiwaku dan segala apa yang ada padaku, ampunilah dosa-dosaku. Engkau Maha Mengetahui apa yang aku perlukan, berikanlah kepadaku apa yang aku minta. Ya Allah, aku mohon kepada-mu iman yang memenuhi hati dan keyakinan yang mantap benar sehingga menyadarkan aku bahwa tidak ada yang mencelakakanku kecuali apa yang telah Engkau pastikan untukku, dan menyadarkan aku sehingga aku rela atas apa yang Engkau tetapkan untukku”.
Kemudian Allah memberikan wahyu kepada Nabi Adam a.s.: Hai Adam! kamu telah berdo’a kepada-Ku dengan beberapa macam do’a, dan Aku telah mengabulkan do’amu. dan tidak ada seorangpun berdo’a dengan do’a-do’a tersebut dari anak keturunanmu, kecuali Aku akan menghilangkan kesedihan dan kesusahannya, dan Aku akan melindungi barang kekayaannya, juga menghapus kefakiran dari hatinya, Aku berikan rasa cukup dalam hidupnya, dan Aku membimbingnya dalams emua niaga dan usaha, dan kekayaan sellau datang keapdanya meskipun dia tidak menginginkannya. Sejak Nabi Adam a.s thowaf itu, maka ibadah thowaf tersebut diberlakukan dalam syari’ah agama Allah.