Jabal Uhud
Jabal Uhud adalah sebuah gunung terbesar di sekitar Madinah, terletak sekitar 5 km dari kota Madinah. Dulu sebelum Pemerintah Saudi membangun jalan baru, Gunung Uhud ini selalu dilewati baik oleh jamaah yang masuk ke Madinah maupun yang menuju Mekah, karena letaknya memang di pinggir jalan raya lama kedua kota itu.
Bentuk Jabal Uhud, seperti sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung-gunung yang lain. Sementara umumnya bukit di Madinah, berbentuk sambung menyambung. Karena itulah, penduduk Madinah menyebutnya Jabal Uhud yang artinya ‘bukit menyendiri’.
Jabal Uhud selalu dilewati oleh jamaah yang masuk ke Madinah maupun yang menuju Makkah. Letaknya memang di pinggir jalan raya menuju kedua kota itu.
Nama Uhud akan senantiasa dikenang oleh umat Islam karena di lembah gunung ini pernah terjadi peperangan besar antara umat Islam dan kafir Quraisy pada tangal 15 Syawal 3 H (Maret 625 M). Perang yang kemudian disebut Perang Uhud ini terjadi karena golongan kafir Quraisy mencoba membalas kekalahan mereka dalam perang Badar, lalu memancing amarah penduduk Madinah dengan menduduki ladang gandum Islam di Jabal Uhud.
Dalam perang itu kaum Muslimin sesuai dengan strategi Nabi Muhammad Saw, mengambil posisi di atas Jabal Uhud dan memerintahkan melakukan serangan-serangan bila pasukan musuh mulai menyerbu. Dalam peperangan yang dahsyat itu pasukan Muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan, namun dipukul balik oleh tentara Quraisy karena pasukan pemanah terpancing oleh umpan musuh yang menyebarkan uang dan perhiasan sehingga menimbulkan nafsu pasukan pemanah turun untuk merebutnya.
Pasukan berkuda Quraisy pimpinan Khalid bin Walid–ketika itu belum masuk Islam–segera menyerang pasukan Islam dari arah belakang. Akibat serangan mendadak itu, sebanyak 70 tentara Muslim menjadi syuhada, termasuk paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib. Nabi Muhammad Saw sangat bersedih atas kematian pamannya itu.
Jenazah para syuhada Uhud ini pun segera dimakamkan dekat lokasi perang serta dishalatkan satu persatu sebelum dikuburkan. Adapun Sayidina Hamzah dishalatkan sebanyak 70 kali. Beliau pun dimakamkan menjadi satu dengan Abdullah bin Jahsyi (sepupu Nabi), agak terpisah dengan lokasi para syuhada yang lain. Komplek pemakaman itu sendiri nampak sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya tampak jeruji agar jamaah bisa melongok sedikit ke dalam.
Pekuburan itu merupakan areal terbuka yang tidak terlalu luas dan hanya ditandai oleh batu-batu di sekelilingnya. Di sekitar itu terdapat pula lubang tempat Nabi terjerembab dan tertimpa batu ketika terjadi perang. Terdapat juga sebuah gua tempat peristirahatan Nabi seusai perang tersebut.
Lantaran kecintaan Nabi Muhammad Saw kepada para syuhada Uhud, terutama Hamzah, kemudian mendorong beliau senantiasa berziarah ke Jabal Uhud hampir setiap tahun. Langkahnya itu kemudian juga diikuti oleh beberapa sahabat sesudah beliau wafat. Sehingga sampai saat ini, Jabal Uhud menjadi tempat penting untuk diziarahi oleh para jamaah haji. Di tempat ini, biasanya banyak mutawwif yang memandu memimpin doa. Di dalam buku panduan haji sendiri telah dicantumkan doa ketika ziarah ke Bukit Uhud. Biasanya di tempat ini panas amat terik. Ada yang menganjurkan berziarah ke Uhud pada hari Kamis dan Jumat sebagaimana Rasulullah saw melakukan.
Foto Jabal Uhud